Home » Kolom SMILOKUI » TINJU-TINJUAN

TINJU-TINJUAN

SIAPA di antara Anda yang tidak gemas atau bahkan mengkal hati melihat tingkah polah Farhat Abbas? Siapa di antara Anda yang tidak kesal melihat gaya Ahmad Dhani, terutama saat dia menjadi juri Indonesian Idol atau ketika rebutan anak dengan Maia Estianty?
Keduanya sama-sama raja sensasi. Ucapan dan mimik muka mereka, setidak-tidaknya yang tertampang di layar televisi, sama-sama kerap bikin pemirsa ingin mengumpat-umpat.
Lalu bagaimana bila kedua raja sensasi itu berseteru? Perseteruannya tidak lagi semata perang urat syaraf, perang kata lewat tayangan infotainment, atau twitwar alias perang twitter, tapi duel di ring tinju? Jangan-jangan, sensasi saat Mike Tyson melawan Evander Hollyfield, lebih-lebih saat si Leher Beton itu menggigit kuping Evander, bisa jadi kalah pamor dalam sejarah manusia bumi, hehehe….
Sederhana saja alasannya: satu orang saja bisa bikin sensasi yang membuat kita pengudap infotainment dan gosip selebritas itu termehek-mehek, bagaimana bila dua? Sensasi dobel atau sensasi tingkat dewa. Dan tayangan infotainment menangguk keuntungan. ”Pemirsa, akankah kedua pihak melanjutkan niatannya untuk berduel di atas ring? Kita saksikan setelah yang satu ini…,” ujar presenter infotainment itu dengan mimik yang sangat serius.
Nah, bila benar-benar terlaksana, Anda bertaruh untuk siapa? Aduh maaf, taruhan itu dosa, ya? Jadi, saya ganti pertanyaaannya: Anda membela Farhat atau Dhani? Hahaha, saya membayangkan diri Anda terjengit sejenak ketika membaca kalimat pertanyaan saya ini. Kecuali Anda pengidola salah satu dari keduanya, itu bukan pilihan gampang. Tapi kalau saya sih, cukup membela yang bayar, dan yang mau melakukan itu namanya Hotman Paris yang sayang sekali tak saya kenal….

***

SETIAP melihat tayangan konflik dua pihak yang ditayangan secara bombastis oleh tayangan infotainment, saya selalu ngakak, dan lebih ngakak lagi bila melihat seorang pemirsa yang secara tidak sadar sudah ikut ”bermain” dalam konflik itu, meskipun statusnya hanya penonton.
Itu sebabnya, saya suka mengisengi teman-teman saya yang suka mengudap kisah konflik dua pihak. Lebih-lebih bila mereka sudah mulai terpancing lebih memilih yang satu ketimbang satunya. Saya mengisengi mereka dengan melempar pertanyaan begini: bagaimana bila konflik itu hanya main-main, pura-pura saja, hanya bikinan pekerja infotainment yang bakalan ”tak makan” bila tidak membuat bombastis sesuatu yang sebenarnya sepele?
Saya bilang, ”Jangan-jangan, Dhani dan Farhat itu kalau orang Tegal bilang jakwir cetem alias teman karib. Suatu ketika saat ngopi di kafe, Farhat bilang, ‘Bro, lama nih nggak bikin sensasi. Gimana kalau ane dan ente, pura-pura perang. Ane yang biasa bikin duluan, nanti kasih cuitan di Twitter yang njelek-njelekin ente.’ Lantas Dhani menjawab, ‘Yoi, Brur. Ente bikin deh. Ente kan pengacara, pengangguran nggak punya acara….”’
Dan keisengan saya yang sebenarnya ingin mengajak teman itu memikirkan kemungkinan lain selain yang disodorkan secara paksa oleh tayangan infotainment itu, hanya dibayar dengan jawaban: ”Ngarang! Memang sudah bawaan bayi si Farhat itu tidak bahagia kalau tidak mengganggu orang lain.”
Tapi saya tak akan bosan-bosan menggoda orang untuk melihat kemungkinan behind the scene dari suatu konflik yang berkesan dibesar-besarkan, terutama yang terjadi di ranah showbiz. Segala sesuatunya dikemas demi memuaskan penikmatnya. Jadi, secara sederhana, infotainment yang memang menjadi bagian dari showbiz itulah penangguk keuntungan dari ”tinju-tinjuan” Farhat versus Dhani dan dua anak lelakinya. Semakin banyak orang macam Farhat dan Dhani, semakin lestari tayangan infotainment. Kalau tak ada, ya bikin…. Apa sih yang tidak bisa dikemas oleh orang-orang di dunia showbiz?
”Pemirsa, ada apa di balik serangan Farhat Abbas lewat Twitter kepada Ahmad Dhani? Kita tunggu tayangan yang lebih heboh lagi selanjutnya….” (*)

Kolom Smilokui, Suara Merdeka, 1 Desember 2013


Leave a comment

Pemungut Kata dari Udara

Pilih-Pilih